Kata iman berasal dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaan Nya, kemudian pengakuan ini diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata. Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas.
Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.Beriman kepada Allah sebagai Khaliq merupakan rukun iman yang pertama.Pembuktian adanya Allah SWT dapat dilakukan dengan 2 cara :
Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.Beriman kepada Allah sebagai Khaliq merupakan rukun iman yang pertama.Pembuktian adanya Allah SWT dapat dilakukan dengan 2 cara :
- Dalil AQli ( menggunakan akal ), contoh melihat ciptaan-Nya
- Dalil NaQli ( menyakini Al Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW )
Sifat sifat Allah SWT ada 3 jenis, yaitu :
- Sifat Wajib, yaitu sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh Allah SWT
- Sifat Mustahil, yaitu sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh Allah SWT
- Sifat Jaiz, yaiu sifat yang serba mungkin bagi Allah sesuai dengan kehendak-Nya.
1. Allah SWT bersifat wujud
Wuj-ud berarti ada. Lawannya adalah ‘adam , yang berarti tidak ada. Untuk membuktikan adanya Allah, antara lain bisa kita lakukan dengan memerhatikan alam yang ada di sekitar kita. Semua benda, manusia, binatang, langit, bumi, dan segala isinya tentu ada yang menciptakan. Mustahil benda-benda itu muncul dengan sendirinya. Firman Allah:
Artinya: Dan Dialah yang telah menciptakan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur. Dan Dialah yang menciptakan dan mengembangbiakkan kamu di muka bumi ini dan kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dialah yang (mengatur) pergantian malam dan siang.Tidakkah kamu mengerti? (Q.S. al-Mu’min- un [23]: 78–80)
Allah itu ada dengan Zat-Nya sendiri, mustahil bagi Allah jika Allah tidak ada. Meskipun tidak kelihatan, Allah ada untuk selama-lamanya. Allah merupakan zat gaib yang tidak dapat kita lihat dengan alat indra. Sesuatu yang tidak kelihatan bukan berarti tidak ada. Contoh, nyawa. Setiap orang termasuk kamu pasti yakin bahwa nyawa itu ada, walaupun belum pernah melihat bentuknya dan merabanya.Begitu juga dengan udara. Semua itu ada dan pengaruhnya juga dapat dirasakan.
2. Allah SWT bersifat Qidam ( Terdahulu )
Qid-am artinya dahulu. Lawannya adalah hudus artinya baru. Allah tidak berpermulaan. Sesuatu yang memiliki permulaan, yaitu dari tidak ada menjadi ada, berarti baru. Sesuatu yang baru berarti makhluk. Sedangkan Allah bukan makhluk, melainkan Kh-aliq (Pencipta).
Firman Allah:Artinya: Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. al-Hadid [57]: 3)
Dahulunya Allah tidak seperti dahulunya makhluk. Dahulunya makhluk itu ada permulaannya, yaitu didahului oleh keadaan tidak ada, lalu menjadi ada. Sedangkan Allah, tidak didahului oleh tidak ada lalu menjadi ada, tetapi sejak dahulu sudah ada dan tanpa permulaan. Oleh karena itu, manusia tidak akan mampu memikirkan kira-kira kapan Allah itu mulai ada. Sebab, Allah itu ada sebelum waktu itu sendiri ada.
3. Allah SWT bersifat Baqa ( Kekal )Baqa – ‘ artinya kekal, abadi, dan langgeng selamanya. Lawannya adalah fana. artinya rusak, binasa, dan ada batas akhirnya. Semua ciptaan Allah mempunyai kelemahan, perubahan, perkembangan, dan akhirnya musnah tidak ada lagi. Sifat-sifat makhluk tersebut tidak kekal. Sedangkan Allah yang menciptakan makhluk akan tetap ada selama-lamanya, sekalipun semua makhluk telah hancur binasa. Inilah makna dari sifat wajib bagi Allah, yaitu baqa-’. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya:
Artinya: Semua yang ada di bumi itu akan binasa, tetapi wajah Tuhanmu yang
memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal. (Q.S. ar-Ra.hm-an [55]: 26–27)
4. Allah SWT bersifat Mukhalafatul lil hawadisi ( berbeda dengan makhluk Nya )
Allah memiliki sifat wajib mukha-lafatu lil-hawadisi, artinya Allah berbeda dengan semua yang baru (makhluk). Sifat mustahilnya atau lawannya adalah mumasalatu lil hawadisi. yang berarti mustahil bagi Allah serupa dengan makhluk-Nya.Allah berbeda dengan makhluk-Nya dalam semua hal, baik zat, sifat, perbuatan, ucapan, dan sebagainya. Sebagai pencipta, Allah pasti berbeda dengan ciptaan-Nya. Sebagai contoh, seorang pembuat pesawat tidak mungkin sama dengan pesawat yang dibuatnya. Pembuat meja, kursi, papan tulis, dan sebagainya pasti tidak sama dengan benda-benda ciptaannya itu.
5. Allah SWT bersifat Qiyamuhu binasihi / berdiri sendiri, Allah memiliki sifat wajib mukha-lafatu lil-hawa disi, artinya Allah berbeda dengan semua yang baru (makhluk). Sifat mustahilnya atau lawannya adalah mumasalatu lil hawadisi. yang berarti mustahil bagi Allah serupa dengan makhluk-Nya.Allah berbeda dengan makhluk-Nya dalam semua hal, baik zat, sifat,perbuatan, ucapan, dan sebagainya. Sebagai pencipta, Allah pasti berbeda dengan ciptaan-Nya. Sebagai contoh, seorang pembuat pesawat tidak mungkin sama dengan pesawat yang dibuatnya. Pembuat meja, kursi, papan tulis, dan sebagainya pasti tidak sama dengan benda-benda ciptaannya itu.
“ Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya” ( Q.S. Ali Imran ayat 2 )
6. Allah SWT bersifat Wahdaniyah ( Esa )
Allah bersifat wa.hd-aniyyah, artinya bahwa Allah Maha Esa, tidak ada sekutu-Nya. Sifat mustahilnya adalah ta‘addud ( ), yang berarti berbilang atau lebih dari satu. Keesaan Allah itu mutlak, artinya Allah Esa dalam sifat dan perbuatan.Esa zat-Nya artinya tidak karena hasil penjumlahan, perkalian, atau segala perhitungan dari macam-macam unsur. Esa sifat-Nya berarti bahwa sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah tidak dapat dipersamakan dengan sifat-sifat yang ada pada Esa perbuatan-Nya, berarti bahwa Allah adalah satu-satunya yang mengatur, menguasai, memelihara alam beserta isinya, dan dalam perbuatannya tersebut tidak dicampuri oleh siapa pun juga. Tentang keesaan Allah ini antara lain tertera dalam Al-Qur’an:
“ Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” ( Q.S. Al Ikhlas ayat 1 – 4
7. Allah SWT bersifat Qudrat ( Kuasa )Allah bersifat qudrat, artinya Mahakuasa atau yang memiliki kekuasaan.Kekuasaan Allah itu mahasempurna, tidak terbatas, dan mutlak. Bahkan,kekuasaan dan kekuatan yang dimiliki makhluk, sesungguhnya adalah anugerah Allah. Jika Allah menghendaki kekuasaan yang ada pada makhluk tersebut dicabut, maka saat itu juga akan hilang dan tidak ada seorang pun yang dapat mencegah atau menghalangi kehendak Allah, sebagaimana firman-Nya:
Artinya: ”. . . . Sungguh Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. al-Baqarah[2]: 20).
Lawan dari sifat qudrat atau sifat mustahilnya adalah ‘ajzun ( ), yang artinya lemah. Allah Mahakuasa dan tidak mungkin lemah. Jika Allah lemah,tentu tidak akan mampu menciptakan langit dan bumi beserta isinya yang begitulengkap dan sulit. Jika Allah tidakMaha kuasa, bagaimana mungkin dapatmenciptakan manusia hanya dari setetes air? Bagaimana mungkin menciptakanberbagai jenis buah-buahan yang segar-segar, dan sebagainya?
8. Allah SWT bersifat Iradat ( Berkehendak )
Allah bersifat ir-adat artinya mempunyai kehendak dan dapat melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya. Sifat mustahilnya adalah karahah, yang berarti terpaksa. Mustahil bagi Allah merasa terpaksa dalam melaksanakan semua kehendak-Nya. Allah Maha Berkehendak, Dia pasti berbuat atas kehendak sendiri tanpa ada kekuatan lain yang mampu memaksa-Nya. Manusia juga mempunyai kehendak. Tetapi, untuk mencapai kehendak tersebut manusia sering dipengaruhi, dibantu, bahkan ditentukan oleh pihak pihak lain. Yang pasti, kehendak dan keinginan manusia berada di bawah kendali kehendak Allah. Allah-lah yang menentukan apa yang terjadi atas diri manusia. Jika Allah menghendaki sesuatu atas makhluk-Nya, maka pasti akan terjadi.
Sesungguhnya keadaan-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah Berkata kepadanya: “Jadilah!” Maka terjadilah ia. ( Q.S. Yasin ayat 82 )9. Allah SWT bersifat Ilmu ( Mengetahui )
Allah bersifat ‘ilmu, artinya Allah wajib bersifat pandai atau mengetahui.Pengetahuan dan kepandaian Allah tidak terbatas. Allah mengetahui segalanya, kecil besar, jauh dekat, tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Sifat mustahilnya adalah jahlun ( ), artinya mustahil Allah bersifat bodoh. Jika Allah bersifat bodoh, tentu tidak akan mampu menciptakan keteraturan alam. Allah yang menciptakan sesuatu, Dia pulalah yang mengatur dan mengetahuinya.
Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. ( Q.S. Al Hujurat ayat 18 )
10. Allah SWT bersifat Hayat ( Hidup )Allah bersifat .hay-at, artinya hidup. Hidup Allah tidak berpermulaan dan tidak berkesudahan. Dia tidak pernah mengantuk, tidak pernah tertidur, apalagi mati. Itulah bedanya dengan hidupnya manusia. Allah hidup dengan sendirinya, tanpa ada yang menghidupkan. Sedangkan manusia dihidupkan oleh Allahdengan memberikannya nyawa. Sifat mustahil atau lawan dari sifat .hayat adalah maut , yang berarti mati. Apabila Allah mati, maka langit, bumi, bintang-bintang, serta yang lain pasti akan mengalami kekacauan, saling bertabrakan dan sebagainya, sebab pengaturnya telah tiada. Allah tidak pernah mati, Dia hidup selama-selamanya.
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. ( Q.S. Al Baqarah ayat 255 )
11. Allah SWT bersifat Sama ( Mendengar )
Allah wajib bersifat sama‘ artinya mendengar. Sifat mustahilnya adalah summun, artinya tuli. Pendengaran Allah itu sempurna dan tidak terbatas.Allah dapat mendengar semua jenis suara, baik yang gaib maupun terang, baik yang dekat maupun jauh. Bahkan Allah dapat mendengar bisikan hati manusia.
dan Allah-lah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui (Q.S. Al Maidah : 76)
Pendengaran Allah tidak sama dengan pendengaran manusia. Manusia mendengar dengan menggunakan alat, yaitu telinga yang diberikan Allah. Tidak semua suara dapat didengar oleh manusia. Sedangkan Allah mendengar dengan pendengaran-Nya yang sempurna. Jika seluruh manusia yang ada di bumi secara bersamaan memohon kepada Allah, maka semua permohonan tersebut pasti didengar-Nya, walaupun permohonan itu hanya dengan bisikan batin.
12. Allah SWT bersifat Basar
Allah bersifat ba.sar, artinya Maha Melihat. Sifat mustahilnya yaitu ‘umyun , yang berarti buta. Allah telah menciptakan makhluk-Nya dapat melihat. Maka pastilah Dia sendiri mempunyai sifat Maha Melihat. Segala sesuatu yang terjadi di alam ini tidak terlepas dari penglihatan Allah. Oleh karena itu, manusia harus berhati-hati dalam berbuat. Allah berfirman:
..” Sesungguhnya dia Maha melihat segala sesuatu “ ( Q.S. Al Mulk ayat 19 )
13. Allah SWT bersifat Kalam
Allah bersifat kal-am, artinya Allah mampu berfirman atau berbicara. Sifat mustahilnya adalah bukmun, artinya bisu. Allah menciptakan manusia di bumi agar mereka dapat mengolah dan memakmurkannya. Untuk kepentingan ini, Allah telah menurunkan petunjuk dan pedoman bagi manusia berupa wahyu seperti Al-Qur’an serta kitab-kitab lainnya.Inilah bukti bahwa Allah memiliki sifat kal-am (berbicara).
Berbicaranya Allah tentu tidak sama dengan cara berbicaranya manusia. Bagaimana Allah berbicara? Hal itu berada di luar jangkauan kemampuan akal manusia. Yang jelas, sebagai orang mukmin kita wajib meyakini kebenaran sifat Allah tersebut
.. Allah Telah berbicara kepada Musa dengan langsung ( Q.S. An Nisa : 164 )
C. Fungsi Iman Kepada Allah SWT, antara lain:
- Dapat menentramkan hati manusia ( Q.S. Ar Radu ayat 28 )x
- Mendatangkan keuntungan / kebahagian hidup ( Q.S. Al Asr ayat 1 – 3 )
- Dapat menyelematkan hidup manusia dunia dan akhirat
0 Response to "Iman Kepada Allah SWT"
Post a Comment