Ada karyawan sebuah perusahaan yang karena malas tidak masuk kerja kecuali seminggu sekali. Ketika direktur memintanya agar datang tiap hari ia menolak dan mengatakan akan melakukan tugas-tugas kantornya di rumah! Hukuman apa yang pantas bagi karyawan tersebut? Bukankah ia pantas di-PHK?
Selanjutnya bagaimana halnya dengan seorang muslim yang tidak mau memenuhi panggilan Allah ke masjid untuk shalat berjamaah kecuali sehari dalam seminggu (hari Jum’at), atau sebulan dalam setahun (saat Ramadhan) dan ia ingin melakukan kewajiban yang agung itu di rumahnya. Pantaskah ia mendapat rahmat Allah?
Allah Lebih Agung dari Segala Sesuatu
Meninggalkan shalat berjamaah adalah pertanda lemahnya iman dan kosongnya hati dari mengagungkan Allah. Betapa tidak, pantaskah seorang muslim yang imannya benar, ketika mendengar seruan sehari lima kali ‘hayya alash shalah’ dia tidak mendatanginya?
Lebih dari itu, dia juga mendengar seruan ‘Allahu Akbar’ (Allah Lebih Agung), tetapi baginya permainan lebih besar dan penting, menyaksikan film dan pertandingan lebih penting, jual beli lebih penting dan kesibukan-kesibukan dunia lainnya lebih penting. Na’udzu billah.
Masjid adalah tempat yang paling suci di muka bumi, dan mensyi’arkannya dengan shalat serta dzikrullah adalah di antara sebab yang mendatangkan rizki, sesuatu yang dicari oleh para pemuja materi tetapi tidak mereka sadari.(An-Nur: 36-38).
Meski Sekali, Pasti Masuk Masjid
Setiap muslim, baik dalam keadaan hidup atau mati, pasti pernah masuk masjid. Karena itu sungguh lebih baik Anda masuk masjid dalam keadaan hidup, sebelum datangnya masa di mana Anda digotong di atas pundak manusia untuk dishalatkan. Sebab ketika itu, tidak lagi berguna harta, perdagangan, pangkat atau jabatan, juga tidak ada artinya berbagai kesibukan duniawi yang justeru dulu menghalangimu menjawab seruan Allah.
Masjid Tempat Penempaan Para Mujahid
Masjid adalah madrasah dan kampus tempat meng gembleng dan mendidik kaum muslimin. Daripadanyalah keluar para mujahid (pejuang) dan pahlawan. Dan tidaklah umat Islam memiliki kekuatan, kemuliaan dan wibawa kecuali jika mereka kembali lagi ke masjid sebagaimana yang telah dilakukan oleh para salafunash shalih (orang-orang shalih terdahulu). Dari masjid lah mereka menyebarkan petunjuk, kebenaran dan cahaya ke segenap tempat.
Seorang filosof Prancis berkata, ‘Setiap kali aku melihat shaf-shaf umat Islam dalam shalat, aku sedih kenapa aku tidak menjadi seorang muslim.’
Jika kita menginginkan generasi mujahid , telahkah kita menjaga shalat berjamaah?
Belajar dari Kisah Nyata
Ia seorang kuli angkut di pasar. Suatu hari, ia mengangkut barang, tiba-tiba dinding sebuah toko ambruk dan tepat menimpa punggungnya. Ia akhirnya lumpuh total, tidak mampu bergerak apalagi berjalan. Bahkan ia tidak mampu buang air kecil dan besar, sehingga untuk itu ia harus berjuang selama tiga jam dengan bantuan peralatan dokter. Ketika salah seorang yang menjenguk bertanya tentang harapannya sekarang, ia berkata, ‘Saya berharap bisa shalat berjamaah’. Subhanallah!
Selanjutnya bagaimana halnya dengan seorang muslim yang tidak mau memenuhi panggilan Allah ke masjid untuk shalat berjamaah kecuali sehari dalam seminggu (hari Jum’at), atau sebulan dalam setahun (saat Ramadhan) dan ia ingin melakukan kewajiban yang agung itu di rumahnya. Pantaskah ia mendapat rahmat Allah?
Allah Lebih Agung dari Segala Sesuatu
Meninggalkan shalat berjamaah adalah pertanda lemahnya iman dan kosongnya hati dari mengagungkan Allah. Betapa tidak, pantaskah seorang muslim yang imannya benar, ketika mendengar seruan sehari lima kali ‘hayya alash shalah’ dia tidak mendatanginya?
Lebih dari itu, dia juga mendengar seruan ‘Allahu Akbar’ (Allah Lebih Agung), tetapi baginya permainan lebih besar dan penting, menyaksikan film dan pertandingan lebih penting, jual beli lebih penting dan kesibukan-kesibukan dunia lainnya lebih penting. Na’udzu billah.
Masjid adalah tempat yang paling suci di muka bumi, dan mensyi’arkannya dengan shalat serta dzikrullah adalah di antara sebab yang mendatangkan rizki, sesuatu yang dicari oleh para pemuja materi tetapi tidak mereka sadari.(An-Nur: 36-38).
Meski Sekali, Pasti Masuk Masjid
Setiap muslim, baik dalam keadaan hidup atau mati, pasti pernah masuk masjid. Karena itu sungguh lebih baik Anda masuk masjid dalam keadaan hidup, sebelum datangnya masa di mana Anda digotong di atas pundak manusia untuk dishalatkan. Sebab ketika itu, tidak lagi berguna harta, perdagangan, pangkat atau jabatan, juga tidak ada artinya berbagai kesibukan duniawi yang justeru dulu menghalangimu menjawab seruan Allah.
Masjid Tempat Penempaan Para Mujahid
Masjid adalah madrasah dan kampus tempat meng gembleng dan mendidik kaum muslimin. Daripadanyalah keluar para mujahid (pejuang) dan pahlawan. Dan tidaklah umat Islam memiliki kekuatan, kemuliaan dan wibawa kecuali jika mereka kembali lagi ke masjid sebagaimana yang telah dilakukan oleh para salafunash shalih (orang-orang shalih terdahulu). Dari masjid lah mereka menyebarkan petunjuk, kebenaran dan cahaya ke segenap tempat.
Seorang filosof Prancis berkata, ‘Setiap kali aku melihat shaf-shaf umat Islam dalam shalat, aku sedih kenapa aku tidak menjadi seorang muslim.’
Jika kita menginginkan generasi mujahid , telahkah kita menjaga shalat berjamaah?
Belajar dari Kisah Nyata
Ia seorang kuli angkut di pasar. Suatu hari, ia mengangkut barang, tiba-tiba dinding sebuah toko ambruk dan tepat menimpa punggungnya. Ia akhirnya lumpuh total, tidak mampu bergerak apalagi berjalan. Bahkan ia tidak mampu buang air kecil dan besar, sehingga untuk itu ia harus berjuang selama tiga jam dengan bantuan peralatan dokter. Ketika salah seorang yang menjenguk bertanya tentang harapannya sekarang, ia berkata, ‘Saya berharap bisa shalat berjamaah’. Subhanallah!
0 Response to "Kepada Tetangga Masjid Dan Yang Mendengarkan Adzan"
Post a Comment